Keep Smart n Shalihah ^^

Sabtu, 05 Februari 2011

Essai Ku Senyum Ku


“Mas, jilid ini dong..” kata Dita terengah-engah. Pagi itu Dita berlari-lari kecil dari rumah hingga ke toko fotocopy, karena jam sudah menunjukkan 07.00 WIB, dan ini adalah hari Senin – Upacara Pengibaran Bendera. “Diambilnya nanti siang ya, pulang sekolah, saya tinggal ya, udah mau terlambat!” tambah dita dan langsung berlari menuju sekolahnya yang berjarak tidak jauh dari toko fotocopy itu.

“Yaaahh… gerbangnya udah ditutup. Bu, bukain gerbangnya dong.” kata Dita dengan sedikit memelas pada guru matematika yang saat itu sedang piket.

“Nggak bisa, kamu datang terlambat, upacara sudah dimulai! Kamu di luar dulu.” Kata guru itu, tegas.

“Yahh, bu... tadi saya bangunnya kesiangan soalnya tadi malem abis bikin essai buat lomba di SMAN 1, baru selesai jam 11 malem” kata Dita dengan mata berkaca-kaca.

“Nggak ada alesan!” bentak guru tersebut.

Dita pun akhirnya diam saja sambil menahan air matanya yang mulai mencoba keluar dari matanya. Andai saja gurunya itu merasakan apa yang ia rasakan. ‘aku kan nggak sengaja dateng terlambat’ gumam dita dalam hati.

‘aduh, ntar mau diapain ya sama guru piketnya. Jangan-jangan kayak waktu minggu kemarin. Bisa malu banget nih aku.’ pikir Dita dalam hati. Jelas saja Dita khawatir, minggu kemarin yang terlambat datang disuruh jalan ala model di depan seluruh siswa/i SMAN 2 sebelum upacara dibubarkan.

‘ya Allah, jangan sampe deh aku bernasib sama kayak temen-temen yang terlambat minggu kemarin’ gumam Dita lagi dalam hati.

Tak lama kemudian, gerbang sekolah di buka saat upacara hampir selesai.

“Ayo masuk, baris dulu yang rapi. Tasnya taruh di pos satpam dulu.” Kata guru piket. Dita dan beberapa murid SMAN 2 yang terlambat pun masuk dan segera berbaris.

***

Saat upacara selesai, Dita dan murid SMAN 2 yang terlambat di bawa ke lapangan belakang tempat dilaksanakannya upacara, tadi. Lapangan sudah sepi. Semua murid sudah masuk ke kelasnya masing-masing.

‘fyuh, untung murid yang tadi upacara udah masuk kelas semua, kalo belum bisa-bisa aku dipermalukan di depan murid-murid yang lain karena datang terlambat ke sekolah.’ batin Dita. Kali ini Dita beruntung tidak dipermalukan seperti murid-murid yang datang terlambat hari Senin.

“Baris yang rapi ya...” kata seorang guru yang sedang berada di lapangan.

“Kalian ini, sudah tau ini hari Senin, dan akan dilaksanakan upacara pengibaran bendera tapi masih saja terlambat!” kata ibu Kepala Sekolah.

“Ya sudah, kalian cabut rumput-rumput yang ada di sekitar lapangan ini. Kalau sudah selesai, baru boleh masuk kelas.” Kata Kepala Sekolah lagi.

“Yah, nyabutin rumput... gimana caranya nih... tangan aku bisa kasar kalau begini mah” keluh Dita. Akhirnya semua murid yang terlambat tadi segera mencabuti rumput-rumput yang ada di lapangan itu. Dita terlihat mulai kelelahan dan wajahnya pucat karena Dita belum sarapan.

***

“Dari mana aja Ta, hari gini koq baru datang?” tanya Rika, sahabat sekaligus teman seperjuangan, eh temen semeja.

“Iya nih, tadi terlambat. Dikunciin di depan gerbang terus disuruh nyabutin rumput, kalo udah selesai baru boleh masuk ke kelas.” Jelas Dita yang masih kelelahan setelah tadi mencabut rumput.

“Kok kamu bisa terlambat?” tanya Rika.

“Iya.. jadi, tadi malem itu aku bikin essai yang buat lomba di SMAN 1 sampai jam 11 malem, kan deadlinenya hari ini, dan akhirnya pagi ini aku bangun kesiangan deh...” jelas Dita.

“Yah.. kalo gitu, yang tabah aja ya...” kata Rika simpati dan mulai mencoba menghibur sahabatnya itu.

***

“Nda, ntar kamu ambil essai yang buat lomba di toko fotocopy deket sekolah ya. Abis itu kamu tolong anterin ke SMAN 1 kasih ke panitianya, ok.” Kata Dita pada Ketuanya yang nyebelin itu. ‘awas aja kalo dia nggak mau’ gumam Dita dalam hati.

“Kok aku sih, yang lain ajah sana” kata Nanda dengan nada cuek.

Dita mulai naik darah ‘ya Allah, berikan aku kesabaran. Lengkap sudah kekesalanku hari ini’.

“Terserah kamu, aku udah berusaha bikin essai itu sampai jam 11 malem dan tadi pagi aku dihukum gara-gara datang terlambat karena ngerjain essai itu. Terserah kamu! Kalau kamu menghargai perjuangan aku, aku akan sangat berterima kasih. Ini bukan demi aku kok, aku kan cuma mewakilkan Rohis kita, sekolah kita, Nda.” kata Dita agak sedikit kesal, lalu pergi meninggalkan Nanda. Kalau Dita tetap disana, emosinya akan terpancing dan masalah tidak akan selesai. ‘lebih baik mengalah. Mengalah bukan berarti kalah’ kata Dita dalam hati.

***

Satu minggu berlalu. Acara puncak lomba di SMAN 1 dilaksanakan hari ini, hari Minggu tanggal 1 Mei 2008.

Masih ada beberapa lomba yang dilaksanakan pada hari itu, dan juga ada beberapa acara hiburan dan yang tak kalah menariknya adalah penceramah yang akan menyampaikan materinya adalah penceramah yang sudah terkenal di Indonesia, Ust. Rizky Al Anshori.

“Wah, ustadnya yang terkenal itu lho!” teriak salah seorang pengunjung yang datang untuk menyaksikan acara puncak lomba di SMAN 1 terdengar dari arah belakang Dita dan teman-temannya.

“Ta, lihat deh siapa haflahnya! Nasyid Awan!” kata salah satu teman Dita dengan hebohnya.

“eh, iya ya. Wah keren banget emang SMAN 1 bisa ngedatengin Nasyid Awan”

Rohis SMAN 2 mengikuti beberapa lomba, seperti LCT, puisi, essai, miniatur Masjid, MHQ. Dita sendiri selain berpartisipasi dalam lomba essai, ia juga mengikuti lomba LCT (Lomba Cepat Tepat).

“Semangat ya temen-temen! Yang penting bukan kalah atau menang, tapi totalitas kita dalam lomba ini! Serahkan semua pada Allah untuk bagaimana akhirnya. Ingat, kalian mewakili Rohis dan sekolah kita.” Kata Chika memberikan semangat pada teman-teman yang akan mengikuti lomba.

“SEMANGGIII. SEMANGAT TINGGI, KAWAN!!!” teriak Dita pada teman-temannya penuh semangat sebelum memasuki ruangan lomba.

Acara berlangsung hingga sore hari. Dan acara pengumuman juara lomba dilaksanakan sore hari.

Panitia mulai membacakan pengumuman para juara-juara lomba.

“Juara I lomba puisi adalah.... SMAN 4!” kata salah seorang panitia. Terdengar suara teriakan bahagia dari murid-murid SMAN 4 yang hadi pada acara tersebut.

Para juara lomba diumumkan satu per satu oleh panitia.

“Kok SMAN 2 ngga dipanggil-panggil ya.. masa sih ga ada yang menang satu pun dari semua lomba yang kita ikutin...” kata Icha, salah seorang teman Dita yang juga hadir pada acara itu.

“Iya nih... pulang aja yuk, udah sore.” kata teman yang lain sudah mulai lelah seharian berada SMAN 1 untuk memberikan semangat teman-teman yang mengikuti lomba.

“Ntar aja deh, sebentar lagi. Kan pengumuman lomba essai belum.” kata Dita.

Diam-diam Dita sangat berharap mendapatkan juara pada lomba essai, karena ia sudah susah payah demi menyerahkan naskah essai tersebut.

“Iya nih, sebentar lagi deh pulangnya.” Kata Rika

“Yang terakhir adalah pengumuman lomba essai. Dan, juara I lomba essai diterima oleh....... SMAN 2!!!!!” kata panitia. Lalu terdengar suara teriakan bahagia dari murid-murid SMAN 2 yang hadir pada acara tersebut, disusul tepuk tangan dari para penonton.

“Yeeeiii... SMAN 2 menang, akhirnya SMAN 2 pulang bawa piala juga... selamat ya Dita!” kata Rika dengan gembira.

“Iya, selamat ya...” teman-teman yang lain juga ikut bahagia dan memberi selamat pada Dita.

“Cepetan ke depan, ambil piala dan hadiahnya. Para juara yang lain udah pada nunggu tuh...” kata Rika mengingatkan.

‘Siapa ya yang bakalan ngasih pialanya ya... aku sih berharapnya Fajar, ketua Rohis SMAN 1, hehe’ batin Dita.

“Piala dan hadiah akan diserahkan oleh Ketua Rohis, Fajar... Kepada saudara Fajar kami persilahkan.”

‘aduuhh, gimana nih.. jadi grogi...” batin Dita lagi. Dita menerima piala dan hadiah itu dengan wajah merah seperti kepiting rebus dan tentunya dengan hati bahagia.

“Rikaa... seneng baget deh hari ini...” kata Dita pada Rika.

“Alhamdulillah aku dapet Juara I dan yang paling bikin aku bahagia, yang ngasih piala dan hadiahnya tadi Ketua Rohisnya, Fajar!” cerita Dita pada Rika dengan mata yang berbinar-binar.

“Iya... Alhamdulillah.... kamu bisa ngewakilin SMAN 2 ikut lomba dan dapet Juara I, selamat ya Dita, barakillah saudariku.” kata Rika.

“Akhirnya semua pengorbanan kamu dan teman-teman nggak sia-sia ya. Allah emang nggak akan menyia-nyiakan hambaNya yang bersungguh-sungguh” kata Chika

“Sayang banget ya Nanda nggak dateng, jadi nggak bisa ngerasain kebahagiaan kita ini. Besok aku mau bilang makasih ah sama dia. Nanda kan yang nganterin naskah lomba essainya ke SMAN 1” kata Dita pada teman-temannya

“Pulang yuk, udah sore. Aku mau nunjukin piala ini ke mama, pasti seneng banget deh mama ngeliat aku bawa pulang piala ini.” kata Dita.

“Iya, ayo pulang.” Sahut teman-temannya berbarengan dengan ceria.

Hari itu berakhir dengan pengumuman Juara I yang diterima oleh Dita di SMAN 1. Mereka pulang dengan hati gembira, terutama Dita. Hari itu adalah hari yang membahagiakan untuk Dita.

****

_Aya Azzahra_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar